Archive for the ‘Tips Bisnis’ Category

RamadhanAbdullah setiap harinya membagikan kurma untuk berbuka puasa di masjid. Setiap tiga butir kurma ia bungkus dengan plastik kecil lalu dimasukkan ke dalam kardus untuk ia serahkan ke masjid. Satu kardus berisi kurang lebih seratus plastik kecil setiap hari ia antar ke masjid yang tak jauh dari tempatnya tinggal.

Suatu saat seorang temannya bertanya, “Kenapa tak kau sisipkan kertas kecil bertuliskan nama usaha atau tokomu di setiap plastik kecil kurma itu. Itung-itung beramal sekalian jadi media promosi.”

Santai ia menjawab, “Aku belum bisa seperti si fulan yang begitu ikhlas dalam bersedekah. Kalau aku sisipkan nama usahaku, aku masih merasakan ada sedikit rasa pamer dan terselip kesombongan karena bisa berbagi. Padahal apalah arti beberapa butir kurma tersebut dibanding rejeki Allah yang berlimpah kepadaku. Berbeda dengan si fulan, terkadang ia menuliskan nama usahanya dalam berbagai kegiatan amal karena insya Allah itu bernilai syiar agar menjadi contoh bagi orang lain dalam hal semangat bersedekah. Insya Allah ia benar-benar ikhlas. Kalau aku…aku masih khawatir dengan hati dan niatku. Biarlah aku seperti ini sembari belajar ikhlas. Toh Allah tidak akan pernah salah dalam memberikan rejeki kepada hamba-Nya.”

Jawaban santai itu membuat temannya tertegun. Betapa selama ini ia telah sering mencampuradukkan antara sedekah dengan hal lain yang bersifat keuntungan duniawi. Ia sedekah tapi berharap keuntungan-keuntungan di dunia yang tidak seberapa jika dibanding dengan balasan di akherat nanti. Langkah Abdullah dalam belajar ikhlas menjadi renungan baginya.

Satu hal lagi yang membuat ia kagum dari seorang Abdullah, begitu husnudzonnya ia. Abdullah menilai positif apa yang dilakukan oleh si fulan. Tak ada sedikitpun pikiran bahwa si fulan itu pamer meski sering sedekah dengan menunjukkan namanya atau nama usaha dan tokonya. Bahkan ia memuji si fulan karena bisa jadi contoh agar orang lain terpicu untuk ikut bersedekah juga.

Bulan Ramadhan 1437 Hijriyah tinggal dua hari lagi. Mari bersihkan hati, siapkan amalan-amalan terbaik untuk meraih keberkahan Bulan Ramadhan.

Kulon Progo, 28 Sya’ban 1437 H
@mauludcorp | @duniabusa

MUGG (Gagal Resign)

Posted: 23 February 2014 in Motivasi, Tips Bisnis
Tags: ,

resignAkhirnya terpaksa menulis lagi..
karena bertubi-tubi mendapat pertanyaan/curhatan yang sama, hampir setiap hari..
jadi biar jawabnya mudah, supaya dirujuk ke tulisan ini..

begini kira-kira
Ny X :
“Dzan, gw capek nih dengeran cerita salah seorang member dari kota S. Tiap hari curhat, gara-gara udah resign tapi bisnisnya ga jalan-jalan alias bangkrut. Sekarang malah keluarganya terancam perceraian. Orang itu agak nyalahin komunitas yang komporin resign tanpa diberitahu resiko nya. Harusnya kasitau donk resiko resign dll, jangan cuma yang enaknya doank yang di share di komunitas. Dan banyak lho member yg bernasib sama.. gimana nih?”

Mr.Y :
“Bro, ada yang lagi curhat nih. teman saya frustasi. sudah resign trus bisnis bangkrut. dia bener-bener frustasi. Sekarang dia menghidupi keluarganya dengan “jatah” dari mertuanya. Gimana nih?”

Mr. Z
“utang jadi banyak banget..Gw nyerah nih bro.. gw mau jadi karyawan lagi. tuntutan hidup makin berat, gw butuh kepastian penghasilan…”

Menghela nafas sebentar…
Bingung juga, mulai darimana ya njelasin nya

Mulai dari kapasitas saya untuk menjawab dulu deh
1. saya bukan founder dari komunitas tersebut… saya hanyalah anggota biasa.
2. saya belum pernah merasakan jadi karyawan/TDB atau apapun istilahnya. Karena semenjak kuliah sudah berdagang. Dan saya bisa merasakan beratnya perjuangan bisnis orang-orang yang sebelumnya pernah bekerja.
3. tapi saya pernah mengalami kegagalan, kemunduran, kebangkrutan yang sama. Bahkan berkali-kali. Dan berkali-kali itu pula, alhamdulillah dengan pertolongan Allah, saya selalu bisa untuk bangkit kembali.

Oke, setelah tau kapasitas saya untuk menjawab, lanjut ya sekarang ke pembahasan.

Pertama : Menjadi karyawan tidak berarti lebih buruk dari menjadi pengusaha. Dan menjadi pengusaha, belum tentu lebih baik daripada karyawan

Mengapa?
– karena yang lebih mulia di sisi Allah adalah yang lebih bertakwa. Karyawan yang bertakwa jauh lebih baik daripada pengusaha yang korup
– ga semua pengusaha itu lebih kaya dari karyawan.. contoh : penghasilan saya saat ini tidak lebih besar dari Dirut Bank Mandiri hehe

Kedua : Pahami bahwa status pengusaha dan karyawan adalah hanya aktualisasi diri kita dalam kehidupan. Semua sama saja. Sama-sama dibutuhkan umat manusia

Bayangkan bahwa isi dunia ini adalah sebuah organisasi besar. Ada orang-orang yang bertugas menjaga keamanan (tentara/polisi), ada orang-orang yang membantu orang yang sakit (paramedic), ada yang mengatur Negara (politisi), ada pengusaha dan lain-lain.

Semuanya sama-sama dibutuhkan. Tidak ada boleh merasa lebih antara satu dan lainnya.

Ketiga : Pahami resiko

– Jadi tentara/polisi dituntut latihan fisik yang lebih. Kalo kita bukan tipe yang demikian, jangan dipaksakan ber-aktualisasi disana.

– Jadi dokter/paramedic dituntut untuk lebih empati dan sabar. Kalo kita ga nyaman ada orang yang malem-malem minta diobati, ya jangan jadi dokter

– Jadi pengusaha dituntut untuk siap profit dan siap rugi. Siap maju dan siap bangkrut. Kalo kita ga punya mental siap bangkrut, ya ga usah jadi pengusaha. Tapi ketika kita memilih menjadi pengusaha, ya terima resiko nya apapun itu. Jangan mengeluh, karena ini adalah pilihan kita. Tapi kalo memang tidak cocok, ya jadi karyawan juga ga lebih hina..

– Kata siapa pengusaha banyak waktu luang? Justru pengusaha bisa bekerja 24 jam non-stop! Tapi bedanya, kita mencintai pekerjaan kita jadinya tidak terasa capek. Jadi jangan bermimpi menjadi pengusaha itu bisa bermalas-malasan.

– Belum lagi risiko dicibir orang, keluarga, mertua dll ketika baru merintis bisnis… dibilang ga punya pekerjaan tetap lah… pekerjaan ga jelas lah.. penghasilan ga jelas.. malu-malu-in lah.. hayo apa lagi?

Keempat : Terima Konsekuensi

– Masuk jadi tentara trus mengeluh.. “gimana sih suruh lari 10km setiap hari! Emangnya ga capek!”.. “Ah, bapak/ibu sih yang maksa jadi tentara! Udah saya bilang saya ga suka! Pegel-pegel nih latihannya!”

– Masuk jadi dokter juga mengeluh… “gilak… tiap hari harus liatin darah… harus deket-deket sama orang-orang kusta, orang kudisan, exim… mana gw tahan..”.. “gara-gara siapa nih?”

– kira-kira begitulah kalo salah pilih menjadi pengusaha… terdengar seperti anak kecil ya? Ya begitulah seharusnya anda melihat diri anda ketika anda mengeluh. Ngerasa salah jalan? Belum telat kok untuk pindah haluan, tapi satu yang pasti : gentle donk sama pilihan sendiri! Jangan mengeluh! Apalagi nyalah-nyalahin orang lain atau komunitas…

Jadi, mohon maaf, saya agak kurang sepakat jika menyalahkan komunitas. Plis, jangan biasakan BEJ (blame, excuse, justify). Biasakan untuk menyalahkan diri sendiri.

Akar masalah adalah MUGG
Kemudian saya merenungkan akar permasalahannya. Ternyata ujung-ujungnya ada di 4 faktor ini, sebut saja MUGG

1.M stands for Mindset
Mindset sebagai akar masalah yang pertama. Saya mau jadi jenderal, tapi ga mau jadi letnan dulu. Maunya langsung jadi jenderal. Ga mau latihan fisik, ga mau belajar/sekolah, ga mau diperintah atasan.

Saya mau jadi pengusaha, saya mau seperti Bob Sadino, tapi ogah banget nganter-nganter telor ayam door to door. Ogah banget gw kerja sampe larut malam, malah ga tidur.

Saya mau jadi Begawan property seperti Trump, tapi ogah banget klo pernah bangkrut total kayak Trump.

Wake up! Jangan cengeng! Semua pengusaha-pengusaha besar pasti pernah mengalami kegagalan besar… dan mereka kuat.. mereka bertahan

Saya sendiri pernah mengalami kebangkrutan total.. bayangkan saja, dari 10 warnet yang dulu saya punya, kini hanya tinggal 1 cabang saja. Saya tidak menyerah. Hidup isinya perubahan. Saya lihat banyak orang berbondong-bondong membuat warnet. Dan mereka kesulitan untuk mengelolanya. Dan ketika mereka berbondong-bondong klik http://www.warnet-alpha.net (tentu saja, dengan integritas yang terus dijaga), kini kami bertransformasi menjadi penyedia jasa setup dan maintenance warnet nomor wahid di Indonesia.

Bisnis bioethanol saya pun bangkrut. Total kerugian milyaran. Bangkrut, dikhianati, miss-management adalah pelajaran-pelajaran yang berharga.. kini saya alhamdulillah dengan pertolongan Allah telah melewati masa-masa krisis itu dan bahkan membalikan keadaan. Lebih matang, lebih dewasa, sekarang apa-apa bisa jadi duit.. bahkan tanpa modal sekalipun..

Coba hitung, berapa waktu yang anda habiskan untuk memikirkan bisnis anda? Berapa jam per hari? Jangan-jangan Cuma 1-2 jam saja, atau Jangan-jangan anda malah keasikan membuat list daftar barang-barang konsumtif yang mau anda beli.

Coba hitung, berapa modal yang diinvestasikan untuk bisnis anda? Untuk marketing? Untuk pengembangan? Untuk penyusutan? Untuk riset? Untuk seminar? Atau malah lebih banyak uang yang dihabiskan untuk keperluan konsumtif?

Anda gagal karena mindset anda! Mindset anda yang bilang bahwa jadi pengusaha bisa jalan-jalan sementara bisnis jalan sendiri.. mindset anda yang bilang adanya passive income tanpa perlu bekerja. Tapi anda bertemu realitas yang berbeda, dan anda tidak siap untuk itu… anda panic.. karena tidak seenak yang dijanjikan itu…

Jadikan profesi pengusaha ini untuk pengabdian dan untuk ibadah. Insya allah semua terasa nikmat. Kerjakan dengan enjoy dan sebaik-baiknya, pada titik itu justru order/proyek/client/customer yang akan mengejar-ngejar anda! Percayalah!

2.Utang

Utang adalah akar masalah yang kedua. Ini adalah masalah yang sangat sensitive. Rasulullah sangat tidak menganjurkan berhutang, dan meng-encourage bagi hasil atau bekerjasama. Saya sendiri bukan orang yang anti-hutang, hutang boleh-boleh saja (walau saya belum pernah berhutang ke bank).. asal ada hitung-hitungan yang matang..

Contoh : bisnis jualan kue kita sudah memiliki satu karyawan untuk antar kue. Dengan net-profit bisnis 2jt/bulan. Kemudian jalan 2 tahun bisnis berkembang, net-profit menjadi 5jt/bulan. Bahkan order melebihi kapasitas produksi. Jika harus investasi mesin produksi baru plus inventaris motor buat antar dengan cara berhutang, maka misalkan diasumsikan ada beban cicilan sebesar 3jt/bulan.

– Dan dengan mesin baru itu yang dicicil itu, ternyata net-profit meningkat menjadi 7jt/bulan. Nah itu baru hutang yang bener! Untuk leverage atau pengembangan bisnis. Dan dengan cicilan yang masih bisa ter-cover dengan bisnis yang ada.

– Biasanya nih, dengan net-profit “Cuma” 2jt/bulan, kita nekat buka cabang! Supaya bisa franchise katanya! Hutang puluhan bahkan ratusan juta yang cicilannya diatas 5jt. Padahal present net-profit kita Cuma 2jt/bulan! Gimana ini logika nya… sementara tidak ada jaminan bahwa cabang akan selalu untung. Apa bedanya dengan spekulasi? Beda kalau misalnya menggunakan uang dari kantong sendiri

– Ada yang lebih parah. Bisnis nya malah belom ada, tapi udah utang ratusan juta buat buka toko kue. Nah yang ini lebih sableng lagi… saya benar-benar tidak menyarankan untuk memulai bisnis dengan hutang! Jangan pernah!

– Ditambah lagi utang-utang buat gaya hidup ga penting… cicilan mobil, cicilan blackberry, cicilan TV LCD, mention it… Jangan pernah beli segala sesuatu secara kredit ketika diperuntukan untuk urusan pribadi (bukan perusahaan). Tundalah kesenangan kecil, demi mendapat kesenangan besar nanti!

– Bayangkan anda buka 10 toko kue dengan modal utang. Cicilan 50jt/bulan. Itulah yang membuat anda menjadi frustasi! Nikmati pelan-pelan… jalani semuanya dengan sederhana… selesaikan pekerjaan dengan sebaik-baiknya.. biarkan sunnatullah bekerja. Ketika anda bersungguh-sungguh, pasti order yang akan mengejar anda… walau anda menolak sekalipun.. insya allah

– Buka 1 cabang dulu.. biar kan menjadi “matang” selama 3-4 tahun, kemudian buka cabang dengan duit tabungan sendiri. Bukan utang. Setelah buka 5 cabang dan berhasil, baru bicara franchise. Atau kalau memang yakin profit, mengapa harus franchise? KFC, Hokben, Gokana juga ga franchise kok..

– Ga punya duit buat 1 cabang? Patungan sama temen! Tentu saja yang bisa dipercaya plus mau sama-sama bekerja.

– Ga percayaan sama temen? Ya mulai dari door to door direct selling. Bisa tuh ga pake modal.

– Malu? Tengsin? Males? Ya ga usah jadi pengusaha…

Coba yuk, bisnis dengan modal yang ada aja. Klo Cuma ada 10jt, ya pake itu aja cukup kok. Klo Cuma ada 1jt, ya udah cukup juga… bisnis saya http://www.jasakomputer.com modalnya Cuma 1jt, belum jalan setahun menghasilkan net-profit tembus 2 digit alias 10jt. Asal focus!

3.Greedy alias serakah

Greedy atau serakah adalah musuh nomor 1 para pengusaha. Penyakit ini seperti kolesterol yang menyebabkan penyakit jantung, yakni pembunuh nomor 1 di dunia.

Baru punya itung-itungan diatas kertas, sudah dijadikan patokan.. belom-belom langsung buka 5 cabang… udah gitu pake utang…

Baru buka outlet, juga belom jalan 1 tahun, sudah di franchise kan… owalah, bisnis anda belum teruji kalo baru 1-3 tahun…

Baru buka satu outlet, beberapa bulan, udah utang bank untuk buka cabang.. bahkan sudah punya kredit mobil..

Bisnis jualan baju sudah jalan, mapan… kemudian tergoda invest banyak di bisnis batubara. Duit habis terkuras, sehingga bisnis garmen pun stagnan ga bisa berkembang karena ga ada dana pengembangan.

Bisnis baru 2-3 tahun, tapi gayanya sudah seperti konglomerasi. Punya bisnis IT, bisnis agro, bisnis garment, bisnis retail, bisnis makanan, bisnis pelatihan. Akhirnya satupun tidak ada yang jalan.

Saya pernah ditanya oleh salah seorang mahasiswa, “mas, klo kita bisnisnya banyak, kan profit kita jadi lebih banyak.. bukannya lebih enak begitu?”
Saya jawab simple, “mas kuliah ambil jurusan apa?”
“Teknik” katanya
Saya lanjutkan, “kenapa ga nyambi kuliah di FE, Kedokteran, Fisip, Sastra, MIPA, sekalian supaya sekalian gelarnya menjadi SE, ST, S.Ked, S.Sos, S.Hum. kan lebih enak banyak gelar.”
Dia jawab lagi, “Lha gimana bagi waktunya mas? Yang ada saya di DO karena nilai jelek semua, trus malah ga dapet gelar sama sekali!”

Ngapain kita keblinger.. dan tergoda sama gemerlapnya bisnis teman-teman kita? Coba berpikir ulang deh, bisnis kita yang ada sekarang itu selalu ada kemungkinan untuk menjadi besar kan? Ngapain juga tergoda sama bisnis orang lain? Yang di share ya pasti yang baik-baiknya saja toh…. Sisi “horror”-nya sudah pasti tidak diceritakan hehe.

Saya pernah tersandung di bisnis bioethanol yang tidak focus.. rugi ratusan juta.. saya hanya ingin pengalaman ini berguna buat teman-teman semua. Supaya tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Sinar matahari ketika difokuskan dengan lensa cembung, sanggup membakar kertas. Itulah kekuatan focus! Coba perhatiin orang-orang terkaya di dunia, bisnis nya focus. Bill Gates, Steve Balmer, Oracle, Wal-Mart.. walau di Indonesia masih di dominasi konglomerasi seperti Bakrie, CT, Sandiaga Uno, dll

4. Gengsi

Ini adalah akar masalah yang ke-4. Maunya sih setajir Chairul Tanjung yang sekarang. Tapi ga mau niru jalan-nya Chairul Tanjung 30 tahun yang lalu.. jungkir balik jagain mesin fotokopi.. jagain warung alat kedokteran.. nah klo kita? Belom-belom udah nyuruh dan hire karyawan buat jagain warung.. alesannya karena malu. Kalo saya mah mending malu jagain warung, daripada harus menyusahkan orang lain karena tidak punya penghasilan

Bisnis itu naik-turun.. biasanya banyakan turun-nya. Turun 100 kali, naik 1 kali. Tapi naik 1 kali itu sudah cukup untuk membayar turun 100 kali. Toh Kolonel Sanders dan Thomas alfa Edison ditolak dan gagal 1000 kali, tapi usaha terakhirnya bisa menutup semua kerugiannya. Jangan Cuma siap kaya, tapi juga harus siap miskin. Yang penting nikmati prosesnya

Bob Sadino bahkan pernah bangkrut. Dan kata istri om bob, saat itu uang yang ada Cuma cukup untuk membeli nasi ATAU rokok. Om bob harus memilih. Akhirnya saat itu om bob memilih nasi, sementara untuk kebutuhan rokoknya belio mencari puntung-puntung bekas.. kita siap tidak menjadi seperti ini?

Teman-teman dari kalangan Chinese, malah sudah biasa dengan menu bubur. Padahal warungnya sudah ramai. Tapi dengan tekun mereka mengumpulkan tabungan, untuk memperbesar bisnis.

Ketika azzam (keinginan) kita sudah kuat, seharusnya tidak berpikir jalan untuk mundur. Separah-parahnya kondisi kita, kita bisa ngasong, mbenerin komputer, jadi supir, jualan Koran.. ya minimal untuk sekedar membeli beras…
Seorang pengusaha bernama halilintar, bahkan sempat memiliki perusahaan di New Zealand dan Perancis. Bisnisnya ambruk. Dan belio ga malu untuk jadi tukang ledeng. Dipanggil ke rumah-rumah dsb. Sempat belio malu, karena customer yang memanggilnya adalah orang yang belio kenal. Kini bisnisnya bangkit lagi, dan bahkan lebih besar dari sebelumnya.

Saya sendiri pernah menjadi distributor makanan ikan hias, saya antar dengan sterofoam ke toko ikan hias dengan motor.. ya rasa malu tetap ada, tapi kalo dibawa enjoy sih asik-asik aja. ketika bisnis warnet habis, saya turun langsung untuk membantu teman-teman mendirikan warnet dengan memberikan pengalaman gagal saya untuk tidak terulang di warnet yang baru tersebut. Ya, saya melakukannya sendiri, tanpa karyawan. Alhamdulillah masa-masa kritis itu bisa dilewati, kini perusahaan ISP saya (www.net-cyber.com) memiliki sejumlah klien corporate. Bahkan sebentar lagi ada perusahaan Jerman menggunakan jasa internet dari http://www.net-cyber.com . Jasa Konsultan IT juga kebanjiran order dari instansi-instansi besar untuk web/software development.

Pertanyaannya, maukah kita menurunkan standar gaya hidup ketika bisnis menurun? Tadinya naik mobil, sekarang naik motor. Sekarang jagain sendiri gerobak mie ayam kita, gunting credit card, Anak-anak sekolah nya di sekolah yang mahal, pindahkan ke sekolah inpres, kurangi kebiasaan makan di resto, atau bahkan sampai berpuasa untuk menghemat pengeluaran, pindah ke kontrakan petak sementara rumah utama kita disewakan… Maukah kita? Sekali lagi ini adalah pilihan.

Kesimpulan

Menjadi pengusaha adalah pilihan hidup dengan segala risiko nya (baik untung besar ataupun bangkrut). Jangan pernah menyalahkan orang-orang di sekitar anda, ataupun komunitas yang meng-encourage anda untuk resign. Mereka ga salah. Bahkan harusnya kita berterima kasih. Niat mereka juga untuk kebaikan kita juga. Lebih banyak introspeksi diri.

Ternyata penyebab frustasi berbisnis berpusat pada 4 faktor, yakni MUGG (Mindset, Utang, Greedy, Gengsi). Perbaiki mindset kita, hapus hutang yang tidak produktif, jauhi sifat Greedy dan Gengsi.

Tiap orang mungkin berbeda-beda, saya sendiri sih benar-benar sudah “bakar kapal”.. jadi insya allah sampai saat ini belum pernah ada pikiran untuk menjadi karyawan. Jauh-jauh saya buang pikiran itu… karena jalur entrepreneur adalah jalan saya.. disinilah aktualisasi saya.. saya akan tetap di jalur ini, walau saya harus menjadi tukang servis komputer panggilan, atau harus jaga warnet. Saya turunkan gaya hidup (jangan tiru prinsip ini jika tidak sesuai dengan anda)

Tapi lebih dari itu… kita harus bermimpi mengisi daftar 10 besar orang-orang terkaya di Indonesia, bahkan di dunia. Karena itu, teruslah bergerak. Teruslah berinovasi. Teruslah mengeluarkan karya-karya terbaik!

Ingat pesan mbah Kiyosaki, dari income jangan langsung keluar menjadi expenses atau liability.. income masuk dulu ke asset yang menghasilkan passive income. Yang dengan passive income itu baru kita keluarkan untuk expenses atau liability.

Nikmati semua proses sebagai ibadah. Ingat, selama kita istiqomah (ga nyerempet-nyerempet yang haram) maka kita selalu ada di jalur kemenangan…

Terakhir mohon maaf kalo ada salah-salah kata ataupun menyinggung… tidak ada maksud lain selain untuk kebaikan kita semua…

adzan101

tulisan

asli ada disini : http://adzan101.blogspot.com/2010/07/mugg-gagal-resign.html

DESEMBER KELABU

Posted: 31 December 2013 in Tips Bisnis, Umum
Tags: , ,

desemberBeberapa hari ini saya disentil oleh beberapa hal untuk mulai belajar menulis. Yang pertama oleh Pak Wicak di milis TDA Bekasi. Dibilang dari empat orang di tim edukasi saya yang tidak pernah nulis, padahal setiap meeting saya juga nulis notulen meetingnya, hehe. Yang kedua saat nonton Edensor, sekuel dari Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang mendirikan Rumah Kata. Dan yang ketiga disentil oleh teman saya, Herjunot Ali dalam film “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck”.

Yap, tentu saja Desember selalu berbeda dengan bulan lain karena kalau ada yang sama, pasti satu tahun tidak jadi 12 bulan. Dimulai Desember 1984 yang merupakan bulan dan tahun aktual kelahiran saya (karena yang tercatat di Catatan Sipil saya lahir Januari 1985), -aah, ternyata saya masih ABG-. Desember juga dimana sebagian besar orang mempersiapkan perayaan tahun baru, karena kalau dipersiapkan di 1 Januari sudah pasti telat. Pun begitu bagi umat Nasrani yang hanya bisa merayakan natal di Bulan Desember.

Salah satu yang saya perhatikan di Desember adalah tren siklus tahunan di Dunia Busa. Meski baru mengalami dua kali Desember, tapi sejauh ini dapat dipastikan omset selalu menjadi yang tertinggi dibanding bulan lain untuk penjualan retail atau eceran. Sedikit berbeda dengan tren penjualan pakaian yang biasanya melejit setiap menjelang Idul Fitri.

Selidik punya selidik ternyata hal ini dipengaruhi oleh bertebarannya bonus dari perusahaan disetiap akhir tahun yang diberikan kepada karyawannya. Sebenarnya ada momen lain dimana karyawan mendapat bonus yaitu saat mendekati lebaran. Sayangnya dimomen THR itu Dunia Busa sering kalah dari Dunia Pakaian yang saya belum berkecimpung didalamnya. Sedangkan kalau di Desember seperti ini, alokasi bonus yang karyawan dapatkan bisa dialihkan ke selain pakaian.

Terus apa inti dari tulisan ini? Tenang pembaca sekalian, saya juga masih mikir intinya ini apa, hehe. Yang pasti, setiap bisnis pasti punya siklus masing-masing. Entah itu di bidang fashion, kuliner, furniture, property dsb. Tugas kita adalah memanfaatkan setiap momentum yang ada, karena momentum ada yang bisa kita ciptakan dan ada yang tercipta untuk kita. Persiapkan tenaga, sistem, stok barang, dan berbagai persiapan lain menjelang momen-momen “bahagia” tadi.

Akhirnya saya ucapkan Selamat Menikmati Desember Kelabu bagi yang merayakannya. Jangan lupa besok kalendernya diganti dengan kalender 2014.

Salam sukses dunia akherat, tetap semangat sampai kiamat (pesan sesepuh TDA Bekasi).

Note : KELABU merupakan akronim bebas dari “KonsumEn LAgi Banyak Uang”

Liputan Media

Posted: 28 April 2013 in Tips Bisnis, Umum
Tags: , , , , ,
Liputan TV“Assalamu’alaikum” sapa lelaki muda siang itu
“Wa’alaikumsalam warah matullah wabarakatuh. Sepertinya kita pernah ketemu, tapi dimana ya?” jawab saya
“Iya, kalau gak salah di seputaran Warung Buncit. Mas yang anggota TDA itu kan?” sahut dia ramah.
Kurang lebih seperti itulah skenario awal perbincangan saya dan reporter Wesal TV Indonesia. Ya, sabtu siang kemarin Dunia Busa diliput salah satu TV yang basicnya tayang di Timur Tengah. Baru di tahun 2012 kemarin tayang juga dengan versi Indonesia yang bisa dinikmati dengan satelit. Studio mereka yang di Jakarta kebetulan juga memakai produk Dunia Busa untuk sofanya.
Rekaman yang modelnya dibuat dialog santai itu alhamdulillah berjalan lancar dan tidak terlalu banyak retake. Pertanyaan seputar kapan usaha dimulai, apa yang menginspirasi dsb mengalir lancar dari sang reporter.
Seperti yang saya tulis di bagian prolog, sebelum rekaman kami diskusi terlebih dahulu dan saya ingin menonjolkan peranan TDA dalam usaha saya. Dalam rekaman kemarin, porsi perbincangan mengenai TDA terbilang cukup banyak. Mulai kapan dibentuknya TDA, Founder, Visi Misi, Nilai TDA, kegiatan, member dsb. Termasuk rencana kunjungan ke Turki dalam waktu dekat ini. Mohon maaf juga kalau penjelasan saya ke mereka mungkin belum sempurna atau bisa jadi ada yang kurang tepat. Semoga nanti ada yang melengkapi atau meluruskan dari Pak Mualif atau rekan TDA yang lain. Ya, selasa besok Insya Allah mereka akan meliput juga usaha Pak Mualif.
Seperti yang disarankan Om Eko June dan Kang Enjang, akhirnya malam harinya crew yang berjumlah 9 orang itu berkesempatan menikmati nyamannya produk Dunia Busa. Berhubung Ahad pagi masih ada rekaman di wilayah Cikarang, mereka sepakat untuk menginap di tempat kami agar tidak perlu bolak-balik ke Jakarta.
Malam harinya sambil melepas lelah saya ngobrol dengan para crew. Mereka antusias sekali dengan komunitas TDA. Singkat cerita akhirnya mereka berencana membuat satu program yang mengulas tentang TDA. Rencana mereka akan membuat lebih dari 30 episode yang berisi liputan usaha member TDA, mulai yang usaha kecil sampai yang skala besar. Baik itu kuliner, kerajinan maupun jenis usaha yang lain. Tidak hanya yang di Jabodetabek, mereka juga tertarik meliput yang ada di Solo, Jogja, dan kota-kota lain.
Saya berharap program tersebut dapat segera terlaksana dan TDA akan semakin memberikan manfaat kepada masyarakat lewat berbagai media. Milist, offline, TV, radio, dsb.

fly-reTulisan saya minggu lalu yang bertajuk : Kenapa UMR 2013 Harus Menjadi Rp 2,5 juta/bulan menuai sejumlah komentar. Beberapa komentar memberikan counter-argument (yang isinya bahkan lebih panjang dibanding tulisan yang saya posting). Counter argument itu masuk akal dan layak diapresiasi. Toh, sejarah jua yang akan jadi saksi : apakah tulisan saya atau counter argument itu yang mengandung sekeping kebenaran.

Namun yang lebih getir adalah fakta ini : bahkan meski angka Rp 2,5 juta itu disetujui, jumlah ini mungkin belum juga memadai. Dalam tulisan berjudul Berapa Penghasilan yang Harus Anda Dapatkan untuk Hidup dengan Layak, saya menghitung angka penghasilan minimal agar Anda bisa hidup sejahtera dan bisa beli rumah sendiri, adalah sekitar 15 juta per bulan.

Ingat, harga emas naik 3 kali lipat dalam lima tahun terakhir. Jika gaji Anda tidak naik dengan skala yang sama, ya wasalam : tanpa Anda sadari gaji sampeyan itu sudah dicuri oleh perampok bernama inflasi.

Jadi mari di pagi ini, kita bicara tentang cara supaya penghasilan Anda bisa naik secepat harga emas.

Perdebatan mengenai eksploitasi buruh dan pegawai rendahan dengan upah murah (lengkap dengan segala justifikasinya) sejatinya telah berumur ratusan tahun. Dua abad silam, paman Karl Marx pernah menguliknya dengan sangat memukau dalam buku Das Kapital (dulu ketika jaman masih kuliah, kami rajin mengunyah pemikiran Marxisme yang elegan itu, sambil ditemani dua bungkus nasi kucing. Dulu……ketika kami masih idealis dan hidup susah…).

Marx bilang, untuk memperbaiki nasih buruh yang malang itu, selalu harus dilakukan gerakan demo, pemogokan masal, menggertak kaum borjuis kapitalis, dan bahkan kalau perlu meretas jalan revolusi. Doh.

Namun saran Paman Karl Marx itu terasa melelahkan. Kita jadi terlalu menunggu dan bergantung pada pihak lain (kebijakan negara, kebijakan pengusaha, dll) untuk merawat masa depan anak istri.

Dan persis di titik itulah kita lalu bersua dengan sebuah keyakinan : mengubah nasib Anda harus selalu dimulai dari diri Anda sendiri; tanpa harus terlalu lelah dan frustasi menunggu uluran tangan orang lain (siapapun pihak lain itu).

You must create your own history. You define your own storyline.

Disini ada dua jalan yang bisa ditelusuri. Jalan yang pertama adalah you start your own business (atau side business, jika tetap ingin menjadi pegawai). Pertanyaannya : Apakah buruh dan pegawai rendahan dengan upah pas-pasan bisa membangun bisnis sendiri?

Jawabannya lugas : bisa. Sebab, kita tak pernah kekurangan kisah yang menggugah itu : tentang mantan office boy restoran yang sekarang jadi juragan warung makan dengan mobil Hummer, tentang mantan pemulung yang kini jadi jutawan barang bekas, tentang mantan montir rendahan yang kini punya pemilik jaringan bengkel. And the story goes on and on and on.

It’s all about mindset sodara-sodara : jika mindset Anda terus berpikir tentang kekurangan lantaran jadi pegawai rendahan, maka selamanya Anda akan jadi orang pas-pasan. Namun kalau mindset Anda selalu penuh dengan energi kelimpahan, maka keajaiban rezeki itu diam-diam akan memeluk Anda dengan penuh sukacita.

Jalan kedua adalah tetap bekerja dengan tekun, apapun posisi dan penghasilannya. Sebab : semua layak di-syukuri. Sebab semua mesti di-ringkus dengan keihlasan. Namun, senyampang dengan itu, elan spirit untuk terus maju harus selalu di-kibarkan.

Begitulah, ada kisah tentang porter (kuli) hotel yang sambil bekerja terus berjibaku melanjutkan kuliah. Ada klerk yang tiap malam belajar kursus perpajakan. Ada salesman jalanan yang tekun membaca buku dan mengumpulkan ilmu.

Dan keajaiban rezeki itu akhirnya jatuh menebarkan parade kemakmuran : porter itu kini menjadi GM hotel terkemuka dunia, klerk itu kini menjadi manajer pajak yang handal, dan salesman rendahan itu itu kini jadi Direktur Penjualan.

Pakemnya sama : mindset berkelimpahan dan spirit untuk terus maju yang harus terus dirajut. Yang harus selalu dipatrikan dalam sekujur tubuhmu. Dan impian tentang hidup yang sejahtera itu perlu terus diyakini.

Sebab, remember this : what you believe is what you get.

Saya ndak tahu berapa gaji/pendapatan Anda saat ini. Kalau sudah merasa memadai, ya syukur. Kalau belum, ya syukur juga.

Namun saya yakin, Anda semua kelak pasti akan menemui keajaiban rezeki yang berkelimpahan. Kenapa? Sebab Anda masih mau meluangkan waktu membaca blog ini (meski sudah dilarang-larang). Itu artinya Anda masih punya semangat untuk terus mau belajar, untuk terus maju :)

Selamat bekerja teman-teman. Selamat berjibaku merawat masa depan.

Tulisan asli ada di : http://strategimanajemen.net/2012/11/19/jika-anda-ingin-terus-jadi-pegawai-rendahan-please-jangan-baca-tulisan-ini/

Cara menjual produk, yang setelah dibandingkan dengan kompetitornya atau pesaingnya ternyata banyak kalahnya atau jeleknya dari pada menangnya..

Produk yang samacam ini bisa membuat para selesman merasa malu, takut di ejek teman-temanya, tidak percaya diri, frustasi kemudian mengundurkan diri.

Tersebutlah Bagus.. seorang salesman, dia merasa bahwa produk yang dijualnya lebih jelek dibanding dengan pesaing, bahkan bukan dia saja yang merasa bahwa produknya jelek, tapi agen-agen yang telah membeli produknya juga mengatakan bahwa produknya jelek.. Sehingga Bagus ingin mennngundurkan diri, kemudian mencari perusahaan yang produknya terkenal dan gampang menjualnya, Loh.. ini gak salah, saya juga begitu, saya bangga bisa bekerja di sebuah perusahaan asing yang produknya terkenal dan gampang dijual, tapi kalau sekarang yang saya pentingkan adalah kesempatan atau manfaat apa yang bisa kita peroleh dari perusahaan itu, misal kalau di perusahaan besar hanya dapat gaji 3,5 jt/bln, karir sebagai anak buah, di perusahaan kecil bisa dapat 6 jt/bln plus sebuah jabatan yang bergengsi, pilih mana hayo..? Contoh masih kurang..? Ok lanjut lagi

Jangan sampai karena kita mempunyai produk yang jelek (secara jujur produknya benar-benar jelek), mental kita jadi jatuh seperti si Bagus ini.
Bagus :”Pak.. saya mau mundur dari perusahaan”
Saya :”Lah terserah kamu.. tapi kalau boleh tahu alasanmu mengundurkan diri itu apa..? gaji, isentive, bosmu galak, atau apa..?”
Bagus :”Pak.. saya mau mundur sebab produk yang dijual di perusahaan saya ini jelek-jelek semua..”
Saya :”Ooo.. kalau itu masalahnya pikirkan dulu, coba kamu ceritakan, produk yang kamu maksud jelek atau baik itu seperti apa..?”
Bagus :”Ini lo pak,, secara pribadi pak.. saya menilai produk ini jelek, coba bayangkan..”

Maaf Sensor.. produk dan perusahaan si Bagus tidak bisa saya sebutkan disini, saya ganti dengan contoh yang lain ya..? yang lebih umum sehingga mudah dimengerti..

Misal ada sebuah operator internet PT. A menjual koneksi CDMA 1x (kecepatan maksimal cuma 130 kbps), sedangkan operator internet PT. B menjual koneksi EVDO rev. A (kecepatan maksimal 750.000 kbps)
Saya :”Sendainya Bagus jadi salesman operator PT. A, apa yang kamu lakukan..? apa mengundurkan diri..? karena produkmu kalah canggih dengan kompetitor..?”
Bagus :”Itulah masalahnya pak.. kalau saya bekerja di PT A, pasti saya mengundurkan diri.. bagaimana mungkin teknologi cdma 1x mengalahkan EVDO rev.A..?”

Padahal cara mengatasi hal itu sangat gampang sekali, dan ini yang dilakukan oleh mantan staf saya yang saat ini bekerja disebuah operator yang menjual CDMA 1x. “Kebutuhan bapak apa..? kalau hanya browsing, chating pakai YM atau FaceBook, cdma 1x masih bisa mengatasi.. enaknya lagi cdma 1x ini bisa menjangkau pelosok desa di seluruh Indonesia, dan konek sebulan penuh cukup bayar 25 ribu saja, mana tahan..?? kalau menggunakan EVDO Rev.A, cuma bisa nyambung di surabaya pusat saja pak..!!”, pilih mana hayo..? Contohnya masih kurang..? Ok lanjut lagi

Misal nih.. ada kaos bagus, mulai komposisi warna, desain, jahitan dan bahan, harganya Rp 350 ribu, terus kaos biasa harga Rp 75.000 ribu.
Saya :”Menurut kamu bagus mana..?”
Bagus :”Bagusan yang kaos harga Rp 350 ribu..”
Saya :”Terus kamu mengundurkan diri..”
Bagus :”Jelas iya pak…!!”

Padahal cara mengatasinya gampang.. kalau bapak jalan-jalan ke mall pakai kaos Rp 350 ribu, pasti keren dan kelihatan tampan.. tapi kalau bapak berkebun yang tanahnya kotor banyak pupuk kandangnya (terbuat dari kotoran kuda/sapi), mencuci mobil atau sedang menyetel mesin motor Harley Davison (yang banyak olinya), bapak pilih kaos yang Rp 75 ribu itu atau yang Rp 350 ribu..? pilih mana hayo..? Contohnya masih kurang..? Ok lanjut lagi..

Ada mobil sedan, masih baru, mesin halus, nyaman, aman, irit terus ada mobil stationwagon (mini bus) bekas, boros, jelas tidak nyaman..
Saya :”Ayo bagaimana Gus..?”
Bagus :”Hmmm.. ha.. ha.. saya mau marah sama perusahaan, kenapa tidak mendidik saya..”
Saya :”Lah.. kamu gak tanya ke sales managermu to..?”
Bagus :”Lah.. sudah mengundurkan diri kog pak.. sekarang lowong..?”
Ha..?? loh jangan-jangan.. wah jangan berpikir negatif ah… Contohnya masih kurang..? Ok lanjut lagi..

Saya :”Gus.. kamu naksir Farida ya.. Farida blok I.. hayo ngaku…!!”
Bagus :”Iya pak.. menurut bapak bagaimana..?”
Saya :’Ha.. ha.. saya juga pernah muda Gus.., kamu tahu gak.. Faisol juga naksir Farida.. Faisol orangnya ganteng, sori ya.. jangan marah.. Faisol kelihatannya juga lebih berduit daripada kamu.. terus kamu mau bagaimana..? mengundurkan diri dari persaingan atau malah maju..? Hayo pilih mana…?”
Bagus :”Oh.. Farida, my darling.. janganlah engkau terpancing dengan wajah tampan dan dompet tebal, tapi lebih baik carilah seorang pria yang tulus cintanya.. dan tak akan pernah menduakan dirimu.. Pilih mana hayo…?” Contohnya masih kurang..? Ok lanjut lagi.. eee contohnya sudah 5, cukup ya..?

Saya :”Ha.. ha.. pinter kamu Gus.. aku lapar..”
Bagus :”Pak.. pak… saya traktir pak.. ha.. ha..!!”
Saya :”Tumben kamu punya duit.. klo mau nikah.. memang harus rajin nabung Gus..”
Bagus :”Bapak darai mana tahu kalau Faisol naksir Farida..?”
Saya :”Dari Faisol sendiri..”
Eehem.. padahal bukan.. yang nyuruh saya ngomong gitu ya Farida sendiri.. EE.. nglantur.. ini blog bisnis dan karir kog malah urusan comblang ha.. ha..

Ooo iya terus untuk men treatment agen-agen itu bagaimana..? next post ya.. si bungsu lagi mutah dan demam nih.. waktunya minum obat..

Semoga tulisan saya dapat membuat Anda ter Inspirasi..

sumber : http://solusibisnismu.wordpress.com/2010/10/13/cara-menjual-produk-yang-jelek-banyak-kekurangan-kelemahan/

Apakah modal utama memulai usaha? Jika Anda menjawab uang, mungkin benar, tapi tidak dalam bisnis ala Rasulullah SAW.  “Yang menjadi number one capital dalam bisnis ala Rasulullah adalah kepercayaan (trust) dan kompetensi,” kata pakar ekonomi syariah, Syafii Antonio.

Menurutnya, dalam trust itu ada integritas dan kemampuan melaksanakan usaha. “Beliau membangun usaha dari kecil, dari sekadar menjadi pekerja, kemudian dipercaya menjadi supervisor, manajer, dan kemudian menjadi investor,” ujarnya.

Perjalanan dari kuadran ke kuadran itu, katanya, menunjukkan bahwa Rasulullah adalah seorang entrepreneur yang memiliki strategi dalam mengembangkan usahanya dan karakteristik untuk mencapai sukses.

Sebagai pengusaha dan pemimpin, Rasulullah mempunyai sumber income yang sangat banyak. Namun Rasul  sangat ringan tangan memberi bantuan. “Beliau sangat tidak sabar melihat ada umat yang menderita dan tidak ridha melihat kemiskinan di sekitarnya atau kelaparan di depan matanya,” kata Syafii.

Itu sebabnya, kata Syafii, Rasulullah selalu berinfak dengan kecepatan yang luar biasa, yang digambarkan para sahabatnya sebagai “seperti hembusan angin”. “Ia menyedekahkan begitu banyak hartanya dan mengambil sedikit saja untuk diri dan keluarganya,” ujarnya.

Kepemimpinan dan manajemen ala Rasulullah ini akan dibedahnya dalam Eksiklopedia Leadership & Manajemen Muhammad SAW, The Super Leader Super Manager yang akan diluncurkan besok. Dalam buku itu, Syafii  merangkai dan menuangkan ketauladanan nabi Muhammad SAW dalam satu set ensiklopedia yang terdiri dari delapan buku.

Menurut Doktor Banking Micro Finance dari University of Melbourne itu, dalam diri Rasulullah banyak hikmah yang bisa dipetik mengangkut soal manajemen dan kepemimpinan. Sayangnya, sangat terbatas literatur yang menggali dimensi leadership dan manajemen dengan kaca mata analisa tematis dan modern. “Dalam arti dipandang dari sudut ilmu manajemen modern dan suasana modern,” kata pimpinan Tazkia Group itu.

republika.co.id

Belajar Bisnis Sambil Jalan

Posted: 15 October 2010 in Tips Bisnis

Untuk jadi pengusaha, kita tak harus punya pengalaman bisnis yang mumpuni dulu.

 

Saya sependapat kalau ada yang mengatakan, bahwa untuk meraih sukses bisnis, kita bisa meniru sukses orang lain,apakah itu strateginya, atau pilihan usaha yang dilakukannya. Selain itu, saya ingin menambahkan, bahwa untuk kita bisa menjadi pengusaha, sesungguhnya tidak harus punya pengalaman bisnis yang mumpuni dulu. Logikanya adalah, kalau kita menunggu sampai punya pengalaman bisnis yang mumpuni, lantas kapan kita akan memulai usaha?

 

Dari pengalaman saya sendiri, maupun pengalaman pengusaha Bob Sadino, juga pengalaman pengusaha-pengusaha lain, bahwa sesungguhnya pengalaman bisnis yang mumpuni itu bisa kita raih sambil menjalankan bisnis kita. Maka, jika kita ingin memulai usaha, ada baiknya jangan banyak dipikirkan atau pakai rencana yang muluk-muluk. Yakinlah, bahwa semua itu dalam bisnis bisa saja berubah, dan itu bisa kita tangani sambil jalan.

 

Hanya saja, mungkin ketakutan kita sementara ini justru karena kita terlalu siap, terlalu banyak yang dipikir, bahkan terlalu takut dengan resiko bisnis. Padahal, menurut saya, dalam praktek bisnis, yang terjadi sesungguhnya banyak berbeda dengan apa yang pernah kita pikirkan. Sehingga tak mengherankan kalau kita kemudian banyak menemukan jalan keluar untuk mengatasi semua kesulitan bisnis yang kita alami.

 

Jadi, sesungguhnya tidak ada alasan untuk kita untuk tidak memulai usaha, karena alasan pengalaman bisnis kita terbatas. Katakanlah, dengan kita piawai menarik pelajaran dari setiap kejadian, saya yakin hal itu justru membuat kita tambah piawai dalam bisnis.

 

Dan, kalau kita lihat dilapangan, banyak usaha yang ternyata dimulai dengan modal nol. Misalnya, uang tidak punya, itu bisa diatasi dengan pinjam orang lain. Kemudian pengalaman bisnis tidak punya, bisa tanya pada orang lain. Bahkan idepun tak punya, bisa pakai ide orang lain. Begitu juga tempat usaha yang tak ada, dan masih banyak lagi.
Apa artinya semua itu? Artinya, kita bisa lakukan dengan menggunakan “kepunyaan” orang lain. Justru dari keadaansemacam inilah, akan membuat kita mandapat banyak pelajaran dalam berbisnis. Pemikiran itu menurut saya hal yangpaling penting untuk memulai bisnis.

 

Oleh karena itu, menurut saya, sesungguhnya belajar bisnis sambil jalan atau jalan sambil belajar, di dunia usaha itu sama saja, yang penting kita telah berusaha dengan memulai usaha. Menurut Bob Sadino dengan melangkah seperti itu, paling tidak kita sudah melangkah lebih maju dalam berbisnis. Kita tidak lagi hanya berjalan di tempat, yang berarti kita tidak kemana-mana atau tidak melakukan bisnis apapun.

 

“Saya sukses karena saya melangkah. Bukan mengangan-angankan langkah”, kata Bob Sadino yang memulai usaha dari nol. Tentu saya sependapat dengan Bob, yang kini memiliki banyak supermarket dalam grup Kem Chick’s itu. Artinya, dengan melangkah, maka ada kemungkinan kita sukses, disamping ada pula kemungkinan gagal. Namundengan tidak melangkah, maka kita tidak pernah akan sukses. Maka tidak ada salahnya, kita belajar bisnis sambil jalan. ***

(Purdi E Chandra)

Saya menyimpulkan ini dari pengalaman dan perenungan cukup dalam. Bisnis sebenarnya adalah soal menepati janji. Janji kepada pelanggan, kepada karyawan, kepada investor, kepada mitra/vendor, kepada masyarakat, kepada keluarga dan diri sendiri.

Kemarin saya mendapat “teguran” dari seorang pelanggan. Ia merasa sebagian haknya belum dipenuhi oleh manajemen Manet. Saya diingatkan lagi dengan janji-janji yang telah kami buat itu.

Ketika bertransaksi dengan pelanggan, kita telah berjanji untuk memberikan mereka produk yang dibeli berikut atribut janji lainnya seperti kualitas, waktu pengiriman, retur, garansi dan sebagainya.

Bisnis akan jatuh tersungkur bila tidak mampu lagi menepati janji-janjinya. Bernie Madoff tersungkur dan terbongkar kedoknya ketika ia tidak lagi mampu men-deliver janjinya kepada investor.

Ketika masih di Tanah Abang dulu, saya menyaksikan sendiri fenomena pengusaha-pengusaha yang jatuh karena tidak menepati janji dengan mitra suppliernya.

Umumnya mereka melakukan transaksi dengan supplier secara kredit. Masalahnya, uang yang seharusnya dibayarkan kepada supplier, diputar dulu ke tempat lain yang tidak semestinya, seperti: membuka bisnis baru, beli rumah, beli mobil dan sebagainya.

Mungkin mereka berpikir bahwa “nasib” supplier ada di tangan mereka. Bargaining position mereka sangat lemah sehingga mau saja dibegitukan.
Mungkin mereka berpikir bahwa janji yang harus ditepati hanyalah kepada pelanggan saja. Itu salah besar. Yang berhak ditepati janjinya adalah semua pihak yang terlibat dalam proses bisnis kita, sekecil apa pun perannya.

Menepati janji ini menjadi begitu berat dan pahit ketika dalam kondisi sulit. Saya ingat sekali tahun 2003 lalu. Tahun yang paling berat dalam perjalanan bisnis Manet.
Di bulan puasa, sehari menjelang keberangkatan saya dan istri untuk merayakan Idul Fitri di tempat mertua di Palembang, saya menongkrongi ATM BCA di Blok F Tanah Abang dengan harap-harap cemas.

Saya sedang menunggu transferan pembayaran dari pelanggan. Ya, saat itu sebagian besar transaksi dengan pelanggan adalah secara piutang.
“Pak, tolong ditransfer berapa pun adanya”, demikian pinta saya dengan memelas kepada siapa pun pelanggan yang berutang. Saya harus melunasi utang kepada para supplier di Pekalongan. Kalau uang itu tidak ditransfer, para karyawan mereka tidak dapat berhari raya bersama keluarganya. Pembayaran dari saya adalah “penyambung nyawa” buat mereka.

Masalahnya, kondisi keuangan bisnis kami pun sedang parah sekali. Sama sekali tidak ada uang di rekening kami. Betul. Hanya ada tersisa ongkos untuk naik bis Lorena.
Meski begitu kami tetap menunaikan janji. Gaji karyawan telah dibayarkan berikut THRnya. Utang kepada supplier pun telah dilunasi. Lantas, buat kami sendiri sebagai pemilik bisnis apa yang tersisa? Nothing.

Uangnya memang ada, tapi di tangan pelanggan yang entah kapan akan dibayar. Itu sebuah kesalahan manajemen, saya akui.
Tapi, di balik semua itu, janji telah ditunaikan. Saya berprinsip, menjaga nama baik dan menepati janji itu lebih penting ketimbang keuntungan di tangan dengan mengebiri hak orang lain. Ketika bisnis rugi, pemiliklah yang menanggung risikonya. Jangan dilimpahkan kepada pelanggan, karyawan atau mitra kita.

Bagaimana pendapat anda?

Salam FUUUNtastic!
Wassalam,

Roni, Owner Manet Busana Muslim, Founder Komunitas TDA

sumber : http://tangandiatas.com/?ar_id=MzIw

Gratiskan Jualan Anda !!

Posted: 24 June 2010 in Tips Bisnis

“Cara jualan kamu kuno !” Demikian kata seorang pengusaha senior kepada saya ketika kami sedang berbuka puasa bersama, bulan Ramadan lalu. Saya tergagap. Wah, baru kali ini ada yang mengatakan demikian tentang model bisnis saya. Tapi berhubung beliau jauh … jauh … jauh … lebih berpengalaman dibanding saya, dengan usaha yang skala nya ratusan kali lipat usaha saya, saya tidak punya pilihan lain selain mendengar kritikan beliau. Saya menahan nafas menunggu kalimat beliau berikutnya.

Beliau menambahkan, “Kalau kamu bisnis IT, nyuruh pelanggan beli produk, itu bisnis jaman dulu”. Saya mulai paham. Karena beberapa pelanggan saya ada yang memang menggunakan pola pembayaran bulanan atau sewa. Tidak mau kalah saya langsung berkomentar: “Kalau sewa atau bayar biaya bulanan bagaimana Pak?” Beliau menjawab: “Itu lebih baik. Tapi itu sekarang juga sudah kuno!” Nah ini bikin saya kaget lagi. “Yang gak kuno gimana dong Pak?”, saya makin penasaran. “Yang gak kuno itu kalau pelanggan gak usah bayar !.” Nyaris saya lompat dari kursi. Gratis? Musti bayar gaji karyawan dari mana? Beliau hanya tertawa-tawa, membuat saya makin penasaran.

Seolah “Law of Attraction” bekerja keras untuk saya. Dua minggu kemudian tanpa sengaja saya nemu buku baru karya salah satu penulis favorit saya Chris Anderson, judulnya: “Free: The future of radical price”. Ya, pengusaha senior tadi ternyata benar! Masa depan ternyata ada pada harga nol, alias gratis. Pelanggan gak usah bayar.

Semua Serba Gratis
Tidak dapat disangkal, virus gratis memang sudah menjalar kemana-mana. Kita sekarang bisa dengan mudah mengakses internet di mall-mall melalui infrastruktur hot-spot gratis. Saya menggunakan laptop dengan OS Linux Ubuntu yang dibagi-bagikan gratis oleh Canonical, mengetik dengan word-processor OpenOffice yang disediakan gratis oleh Sun Microsystem, menggunakan browser Firefox yang gratis, menggunakan layanan email gratis dari Google, chatting gratis melalui Yahoo Messenger dan mengakses jaringan seperti Facebook secara gratis. Malah kalau online nya di bandara, kopi yang menemani saya online pun gratis, komplimen dari lounge yang disponsori penerbit kartu kredit yg saya pakai. Chris Anderson malah mengetik seluruh isi buku nya melalui aplikasi Google Docs, word processing gratis yang disediakan online oleh Google.

Tunggu … kenapa yang gratis hanya layanan-layanan yang terkait dengan internet? Oh tidak. Diluar itu Anda juga dengan mudah menemukan produk atau layanan gratis atau sangat murah. Memang tidak semua sudah tersedia di Negara kita. Beberapa tahun lalu, kalau ingin pasang antenna parabola di rumah, kita harus membayar cukup mahal. Sekarang antenna parabola “dipinjamkan” oleh provider layanan siaran TV melalui satelit. Modem bisa kita peroleh gratis jika kita berlangganan broadband. Hampir semua penerbit kartu kredit sudah menggratiskan iuran tahunan-nya. Low cost airlines telah merevolusi dan mempelopori penjualan tiket pesawat terbang sangat murah atau bahkan gratis. Di Negara-negara maju, daftar produk gratis ini semakin banyak. Anda dapat memiliki handphone dengan gratis, tentu dengan kontrak berlangganan tertentu. Memiliki laptop gratis, dengan berlangganan akses broadband. Singkat kata semua ada versi gratis nya, bahkan mobil gratis pun ada. Kalau majalah gratis sudah sangat biasa, Di Tokyo, malah ada toko yang menyediakan 5 item gratis untuk setiap pengunjungnya, mulai dari lilin, mie instan, sampai krim wajah.

Makan Siang Gratis Memang (Pernah) Ada
Anda tentu pernah mendengar ungkapan “tidak ada makan siang gratis”. Ungkapan ini sebenarnya berasal dari jaman Cowboy di Amerika Serikat. Pada waktu itu banyak Saloon, tempat nongkrong orang Amerika jaman dulu, yang menyediakan makan siang gratis untuk menarik pengunjung. Makan siang nya memang benar-benar gratis. Tapi pengunjung harus bayar mahal untuk yang lain-lain, seperti minuman, permainan kasino, sewa kamar, dsb.
Bagi-bagi produk gratis juga awalnya dilakukan oleh King Gillette, pencipta silet cukur pertama di dunia. Jaman dahulu pria bercukur dengan pisau cukur lipat yang tidak praktis, harus sering di asah, dsb. Ide menggunakan pisau cukur super tipis yang tidak perlu diasah, tapi dibuang jika sudah tumpul, adalah ide baru yang awalnya sulit dipahami. Gillette pun membagikan secara gratis sebagai marketing gimmick produk lain, dengan harapan pengguna baru yang menyukai ide ini selanjutnya akan membeli. Misalnya bekerjasama dengan bank, pisau baru Gillette dijadikan bonus bagi pembuka rekening tabungan. Dan Gillette benar, lambat laun pisau cukur Gillette dikenal dan kemudian mendunia hingga hari ini.

Jell-O, dessert paling popular di Amerika juga awalnya sulit untuk dijual. Peter Cooper, penemu makanan dari gelatin ini kesulitan memperkenalkan produk baru nya. Baru setelah produk ini dipasarkan oleh genius pemasaran dan orator Francis Woodward, Jell-O menemukan tempatnya di pasar. Woodward bukan membagikan produk ini secara gratis. Namun mencetak dan membagikan buku resep gratis untuk memberi ide kepada calon pelanggan, bahwa Jell-O sangat praktis dan dapat disajikan dengan berbagai variasi. Woodward yang membeli lisensi Jell-O hanya seharga $450 sukses besar.

Dari Kelangkaan Menuju Keberlimpahan
Model gratis a la Saloon, Gillette dan Jell-O adalah model-model gratis abad lalu, yang hingga sekarang masih sering digunakan. Namun, abad 21 telah menciptakan model bisnis gratis baru. Model bisnis yang digerakkan oleh kemudahan dan teknologi.

Plastik pada awalnya dirancang sebagai produk eksklusif. Riset dan produksinya memerlukan biaya mahal. Plastik juga lebih kuat dan tahan lama disbanding kayu. Jadi sudah selayaknya produk dari plastic dijual mahal. Namun, kita lihat hari ini, plastic demikian berlimpah ada dimana-mana. Plastik pada akhirnya menjadi komoditas yang berlimpah dan murah.

Barang elektronik modern tumbuh pesat setelah transistor ditemukan. Pada awalnya transistor adalah barang langka yang mahal. Tahun 1961 harga 1 buah transistor adalah $ 10. Kurang dari 10 tahun harga nya sudah tinggal $1 sen. Dan hari ini, sebuah microchip yang setara dengan 2 milyar transistor hanya dijual $ 300, atau 0.000015 sen per transistor. Hal yang sama terjadi juga untuk kapasitas penyimpanan disk dan juga bandwidth, yang semakin lama semakin murah. Inilah yang kemudian memicu revolusi digital yang merubah cara pandang pengusaha dalam mencari revenue.

Ketika sebuah produk telah menjadi komoditi yang “terlalu murah untuk dihargai”, maka kita tidak lagi bisa mengandalkan harga produk sebagai sumber revenue kita. Harga sangat terkait dengan kelangkaan, sementara yang kita hadapi adalah keberlimpahan.

Gratis? Dari Mana Uangnya?
Menjalankan usaha memang tetap harus berorientasi pada profit, yang sumber nya adalah revenue dikurangi cost. Model bisnis gratis pada dasarnya melakukan kreatifitas pada sumber revenue, bukan menghilangkan revenue. Jika semula revenue semata dari harga jual, maka dengan prinsip keberlimpahan, kita coba mencari revenue dari sumber lain. Beberapa model bisnis yang ada adalah:

Subsidi Silang Langsung
Ini model generasi pertama. Revenue dari sumber lain memberikan subsidi silang untuk item yang sengaja dibuat lost. Misalnya, gratis handphone, tapi bayar talktime. Gratis antenna parabola, bayar biaya langganan. Gratis software, bayar hardware. Dsb. Termasuk model bisnis yang digunakan Canonical yang membagikan OS Ubuntu Linux secara gratis. Software nya memang gratis, tapi jika perusahaan kemudian butuh jasa konsultasi, training dan implementasi Ubuntu resmi dari Canonical, perusahaan tersebut harus membayar mahal.

Subsidi Pihak Ketiga
Ini model bisnis yang digunakan Radio, TV dan Majalah Gratis. Pelanggan gratis, tapi pemasang iklan bayar. Digunakan juga oleh penerbit kartu kredit yang menggratiskan iuran, tapi memberikan charge yang mahal ke merchant. Diskotik juga menjadi pelopor model ini melalui program “ladies night”. Gratis untuk pengunjung wanita, tapi pengunjung pria membayar.

Freemium
Ini model yang sering digunakan perusahaan konsultan dan teknologi informasi. Gratis untuk versi yang generic, tapi membayar untuk versi premium. Bisa juga divariasikan dengan modul. Untuk modul terbatas gratis, modul yang lebih lengkap bayar. Gratis untuk konsultasi awal, bayar untuk jasa konsultasi yang lebih lengkap. Gratis untuk overview seminar, bayar untuk training yang lebih lengkap.

Nonmonetary
Ini yang 100% gratis. Jasa yang diberikan sama sekali gratis. Imbalan yang diterima penyedia jasa adalah perhatian dan reputasi. Dan dengan reputasi yang semakin meningkat, dikenal dimana-mana, banyak hal yang bisa dilakukan untuk mendatangkan revenue. Musisi yang memberikan karya nya secara gratis dan memperoleh reputasi dan perhatian, dapat menghasilkan revenue dari konser-konser ataupun penjualan merchandise nya.

Sebelum Menggratiskan Jualan Anda
Oke … oke, mungkin kedengarannya masih menakutkan untuk menggratiskan begitu saja jualan Anda. Memang ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum Anda menggratiskan jualan Anda:

Pertama, Sesuaikan dengan model bisnis yg ada sekarang. Anda harus analisa baik-baik dari mana sumber revenue Anda. Secara umum menggratiskan jualan Anda dimaksudkan untuk memperbesar revenue, bukan mengurangi revenue. Kalau Anda jualan baju dan membagi-bagikan begitu saja produk terbaru Anda, sulit dibayangkan untuk mendapat revenue yang lebih besar. Tapi jika Anda member subsidi pada asesoris dan membagikan gratis sebagai gimmick untuk memperoleh pelanggan yang lebih banyak, jauh lebih masuk akal. Atau mungkin yang bisa digratiskan adalah catalog, newsletter atau buku kecil tentang bagaimana memanfaatkan produk Anda secara maksimal.

Kedua, gratis akan efektif jika sifatnya masal, melibatkan crowd yang besar. Karena dengan biaya yang sudah ditetapkan, maka semakin besar pelanggan terlibat, biaya per pelanggan akan semakin kecil hingga nyaris nol. Membagikan software gratis kepada 100 orang atau 1 juta orang akan sangat berbeda. Maka Canonical dengan Ubuntu nya rajin mengirim CD gratis. Dalam ekonomi digital eksistensi produk kita di pasar akan sangat tergantung pada atensi dan reputasi. Gratis adalah senjata untuk mencapai dua hal tersebut.

Saya menutup buka bersama dengan pengusaha senior yang saya ceritakan di depan dengan perasaan puas. Beliau menceritakan dengan detil “resep rahasia” menggratiskan layanan IT beliau, dan tetap memperoleh revenue dari tempat lain. Sebelum kami berpisah, beliau mengucapkan kalimat: “Oh ya, kalau semua sudah gratis, gratis pun jadi kuno. Harusnya pelanggan gak usah bayar, malah dibayar!” Waduh …. (FR)

Sumber : http://fauzirachmanto.blogspot.com/2009/10/gratiskan-jualan-anda.html